Rajungan yang bernama latin Portunus Pelagicus, merupakan jenis kepiting yang sangat popular dimanfaatkan sebagai sumber pangan dengan harga yang cukup mahal. Rajungan merupakan kepiting yang memiliki habitat alami hanya di laut. Rajungan juga memiliki beberapa keunggulan yang sangat potensial untuk dikembangkan. Dalam tulisan ini akan dibahas beberapa keunggulan, pemanfaatan, dan potensi rajungan.
Nilai Gizi
Daging kepiting dan rajungan mempunyai nilai gizi tinggi. Kandungan protein rajungan lebih tinggi daripada kepiting. Kandugan karbohidrat, kalsium, fosfor, zat besi, vitamin A, dan vitamin B1. Rata-rata per 100 gram daging kepiting dan rajungan berturut-turut sebesar 14,1 gram, 210 mg, 1,1 mg, 200 SI, dan 0,05 mg/100 g.
Keunggulan nilai gizi rajungan adalah kandungan proteinnya yang cukup besar, yaitu sekitar 16-17 g/100 g daging. Angka tersebut membuktikan bahwa rajungan dapat dimanfaatkan sebagai sumber protein yang cukup baik dan sangat potensial. Hasil penelitian dapat ditarik, setelah membandingkan kandungan protein rajungan dengan sumber-sumber pangan hewani lainnya, seperti daging ayam, daging sapi, dan telur. Kandungan protein daging ayam, daging sapi, dan telur per 100 gramnya berturut-turut 20,6 g; 18,2 g; dan 11,8 g.
Keunggulan lain adalah kandungan lemak rajungan yang sangat rendah. Hal ini tentu saja merupakan kabar sangat baik bagi konsumen yang memang membatasi konsumsi pangan berlemak tinggi. Kandungan lemak rendah dapat berarti kandungan lemak jenuh yang rendah pula, demikian sama halnya pula dengan kandungan kolestrol.
Penilaian mutu
Penilaian mutu rajungan dapat dilakukan secara subjektif dan objektif. Penilaian subjektif yang umum disebut juga sebagai penilaian organoleptik, menggunakan panca indra pengamat untuk menilai faktor-faktor mutu yang umumnya dikelompokkan atas penampakkan, aroma, cita rasa, dan tekstur. Sifat organoleptik sangat erat kaitannya dengan sifat fisik rajungan, terutama dalam menentukan kesegarannya.
Rajungan yang masih segar memiliki penampakan yang bersih, tidak beraroma busuk, dagingnya putih mengandung lemak berwarna kuning, dan bebas dari bahan pengawet. Daging rajungan yang mulai membusuk terlihat dari warna kulitnya yang pucat, terbuka dan merenggang, daging pun mengering, dan tak terdapat lagi cairan clalam kulit, warna daging berubah kehitam-hitaman dan berbau busuk.
Rajungan yang kopong atau memiliki badan yang tidak berisi dapat diketahui dari menekan bagian dada rajungan. Bila lunak berarti daging rajungan tersebut memang tidak padat. Rajungan yang berkulit lunak memiliki ciri khas, yaitu seluruh tubuhnya lunak. Kesegaran rajungan dapat dilihat dari bagian dada, warna daging di antara ruas-ruas kaki dan capit, membuka karapas dan melihat kondisi telur, insang dan lemi(lemak dari rajungan). Bila rajungan tidak segar, bagian dada dan insang berwarna hitam, sedangkan telur dan lemi terlihat mencair dan berlendir.
Aneka manfaat dari rajungan
Air rebusan dan kandungan kitin, diperkirakan bisa mencapai 24.000 liter per bulan. Air bekas rebusan rajungan ini cukup potensial untuk dijadikan bahan dasar untuk pembuatan kerupuk kepiting. Kitosan dapat pula dimanfaatkan sebagai penyerap yang efektif terhadap zat-zat yang tidak diinginkan, seperti tanin pada kopi.
Selain itu, kitin dan kitosan juga berfungsi sebagai bahan fungsional untuk proses penjernihan air. Seperti lensa kontak, baik hard lens maupun soft lens, dapat dibuat dari polimer kitin yang memiliki permeabilitas yang tinggi terhadap oksigen. Kitin dan kitosan banyak dipergunakan sebagai bahan pembungkus kapsul, karena mampu terdegradasi secara berangsur dan melepaskan obat dengan dosis yang terkontrol.
Beberapa turunan kitosan juga telah ditemukan memiliki sifat antibakteri dan antikoagulan darah. Kemampuan lain dari kitin adalah dalam hal penggunaan sel-sel leukemia, sehingga dapat berfungsi sebagai antitumor. Kitosan juga mulai diusulkan sebagai bahan pembuat ginjal buatan. Kitin juga ditemukan memiliki sifat antikolestrol.
Pemanfaatan Kitosan dari Limbah Cangkang Rajungan sebagai Adsorben
pada Adsorpsi Logam Nikel dari Limbah Katalis
Proses Pengolahan Minyak Bumi
Kitosan merupakan salah satu senyawa turunan kitin yang diperoleh melalui proses deasetilasi.
Kitin yang merupakan bahan baku kitosan adalah salah satu komponen penyusun utama limbah
cangkang rajungan. Kitosan dapat dimanfaatkan untuk berbagai keperluan salah satunya, yang
sedang marak diteliti saat ini, adalah pemanfaatan kitosan sebagai penyerap (adsorben) logam
berat pada air limbah. Kitosan dapat berfungsi sebagai adsorben terhadap logam dalam air
limbah karena kitosan mempunyai gugus amino bebas (-NH2) dan hidroksil yang berfungsi
sebagai situs chelation (situs ikatan koordinasi) dengan ion logam guna membentuk chelate.
Proses sintesis kitosan sangat dipengaruhi oleh kondisi operasi proses produksinya seperti
demineralisasi, deproteinasi, dan deasetilasi. Proses depigmentasi tidak berpengaruh kualitas
kitosan yaitu konentrasi larutan (HCl dan NaOH), suhu reaksi, dan lama reaksi. Sedangkan
proses penyerapan logam oleh kitosan sangat dipengaruhi oleh pH larutan limbah dan lama
penyerapan.
Nikel adalah logam berharga, aplikasinya antara lain adalah untuk membuat katalis NiO/Al2O3
yang digunakan dalam proses pengolahan minyak bumi. Katalis yang sudah tidak terpakai akan
menjadi masalah terhadap lingkungan. Perlu diambil logam nikel dengan cara mengadsorpsi
(penyerapan) dari larutan nikel, yang terlebih dahulu dileaching dari katalis. Penyerapan logam
nikel dari larutan dipengaruhi oleh beberapa parameter, diantaranya adalah konsentrasi logam
nikel dalam larutan, perbandingan berat kitosan terhadap volume larutan, pH larutan dan waktu
kotak penyerapan.
Hasil penelitian menunjukan bahwa kondisi optimum proses demineralisasi diperoleh pada
konsentrasi HCl 1M selama 1jam, deproteinasi diperoleh pada konsentrasi NaOH 1M selama 2
jam dan deasetilasi diperoleh pada konsentrasi NaOH 50%(b/v) selama 45 menit. Kitosan yang
dihasilkan dengan proses diatas mempunyai kadar abu sebesar 0,660%, kadar protein sebesar
6,769%.
21.11.09
Kandungan "Rajungan"
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar